Saya selalu jadi tim yang telat nonton film-film yang pernah hype pada masanya. Salah satunya film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini atau disingkat dengan NKCTHI. Sebuah film yang diadaptasi dari novel dengan judul sama dan film tersebut dirilis pada Januari 2020.
Awalnya saya pikir film ini tentang persahabatan dan konfliknya. Namun ternyata film ini bercerita tentang sebuah keluarga dan trauma besar yang tersembunyi dibalik bahagia mereka. Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah Narendra, ibu Ajeng, dan 3 anak (Angkasa, Aurora, dan Awan).
Pemerannya siapa aja? Bisa di intip di Wikipedia ya. Wkwkwkwk
Film ini recommended banget untuk ditonton oleh siapapun. Karena ada beberapa pelajaran berharga banget yang bisa didapat oleh penonton, khususnya bagi yang sudah berkeluarga dalam hal mengasuh anak.
Seperti biasa, kalau saya menulis tentang film, buku, atau drama, isi tulisannya sudah pasti penuh dengan spoiler 🤣. Meski demikian, filmnya tetap ditonton biar menyaksikan langsung detailnya secara utuh. Xixixi
Memangnya pelajaran apa saja yang disuguhkan dalam film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini?
Skuy simak ceritanya (versi saya). Hahahah
Tidak Perlu Menyembunyikan Trauma Dari Anak
Google images |
Keluarga Pak Narendra dan Bu Ajeng memang tampak bahagia, akan tetapi ternyata keluarga tersebut menyimpan trauma yang mendalam. Jadi ternyata Awan si anak bungsu seharusnya punya saudara kembar. Hanya saja saudara kembarnya meninggal. Pak Narendra menyembunyikan kematian si anak kembar dari anak-anaknya yang lain.
Akibat kematian anaknya tersebut, bikin Pak Narendra jadi sosok ayah yang super duper over protective bin posesif ke anak-anaknya. Terutama ke Awan, si anak bungsu. Makanya dah tuh si Awan kalo kemana-mana kudu dianter kakaknya, Angkasa. Terus kalo pulang juga kudu dijemput. Nggak boleh nggak. Itupun yang kudu antar jemput adalah Angkasa.
Alasan pak Narendra menyembunyikan kematian saudara kembar Awan adalah agar anak-anaknya tidak perlu mengalami trauma. Sehingga mereka bisa hidup dengan bahagia tanpa bayang-bayang trauma. Cukup dia dan Bu Ajeng saja yang mengalami. Makanya dah tuh Bu Ajeng jadi sering banget nangis karena kematian anaknya. Selain itu juga dia mengalami baby blues gitu selama membersamai Awan.
Padahal mah anak-anaknya juga perlu tau soal kematian saudaranya. Dengan demikian, sebuah keluarga bisa saling menguatkan satu sama lain. Sehingga tidak ada hal yang perlu ditutupi. Apalagi sama keluarga sendiri.
Izinkan Anak Untuk Merasakan Ragam Emosi
Google images |
Ada dalam sebuah scene dimana Angkasa marah banget sama ayahnya karena dia merasa ayahnya tuh terlalu berlebihan dalam memperlakukan dan mengatur anak-anaknya. Terus Angkasa juga bilang kalau dia bahkan tidak diizinkan untuk merasa sedih. Alhasil anak-anaknya hanya bisa memendam rasa sedihnya. Saking ayahnya tuh cuma pingin anak-anaknya bahagia.
Ya, betul memang namanya orang tua pasti pingin anaknya bahagia. Pasti nggak mau ngeliat anaknya sedih. Karena ketika anak merasa sedih, orang tua akan merasa auto gagal mengasuh anaknya.
Akan tetapi orang tua suka lupa kalau anaknya juga manusia yang punya perasaan. Sehingga bukan menjadi masalah jika anak juga merasakan sedih, marah, takut, gelisah dan emosi negatif lainnya. Asalkan anak diajarkan bagaimana cara meregulasi emosinya dengan baik.
Bagaimanapun, perasaan bahagia bukan satu-satunya rasa yang dititipkan oleh Allah kepada manusia. Sehingga merasa bahagia bukanlah tujuan utama yang harus dicapai. Melainkan bagaimana agar emosi anak bisa stabil dan ia mampu meregulasi emosinya dengan baik.
Jangan sampai anak memendam emosi negatifnya yang kemudian hal itu menjadi bom waktu. Emosi yang terpendam itu sewaktu-waktu bisa meledak dan mungkin saja akan menghancurkan si anak itu sendiri. Akan lebih bahaya kan jadinya?
Hal ini jadi pengingat banget sih bagi saya agar mengizinkan anak untuk bisa merasakan segala emosinya. Namun juga perlu diajarkan cara meregulasinya dan mengontrol setiap emosi agar seimbang. Sehingga pas anak senang, ya ga lebay. Pas sedih juga ga lebay. Namun seimbang.
Jangan Terlalu Membebani Anak Dengan Beban Mental yang Berat
Google images |
Sejak kecil, Angkasa selalu dinasehati ayahnya agar ia menjaga kedua adiknya. Karena dia adalah anak tertua yang kebetulan laki-laki. Apalagi adik-adiknya perempuan semua. Jangan sampai kedua adiknya kenapa-kenapa.
Apalagi sejak Awan kecelakaan ketika ia masih SD, Pak Narendra makin protektif sama anak-anaknya. Alhasil Angkasa tuh kayak diteror oleh ayahnya sendiri. Dikit-dikit nanyain udah jemput adiknya belum? Adiknya ada dimana? Dan segala macam.
Sikap Pak Narendra yang berlebihan gini malah bikin Angkasa jadi tertekan. Udah gitu jadi susah konsentrasi saat bekerja. Pasalnya Pak Narendra tuh kalau chat Angkasa suka nggak kenal waktu.
Ada scene dimana Angkasa lagi ada rapat untuk persiapan event yang cukup besar dan penting. Karena hari itu bersamaan dengan pameran karya seninya Aurora, Pak Narendra chat Angkasa mulu nyuruh jangan dateng telat buat ke pamerannya Aurora. Disitu Angkasa sebenarnya sebel karena merasa terganggu dengan chat ayahnya. Sampai-sampai Angkasa ditegur atasannya gegara hapean mulu pas lagi rapat.
Karena kejadian itu bikin Angkasa akhirnya meledak ketika sampai di rumah. Lalu menumpahkan emosinya ke ayahnya. Dia merasa muak sekali dengan sikap ayahnya yang terlalu mengatur anak-anaknya. Lagi-lagi Pak Narendra memberi alasan atas sikapnya tersebut karena dia hanya ingin anak-anaknya bahagia.
Sejujurnya saya sendiri sampai eneg dengan sikap Pak Narendra 🤪.
Izinkan Anak Untuk Memilih dan Memutuskan
Google images |
Ada scene dimana Awan tertabrak motor ketika dia baru pulang kerja. Tepatnya hari itu dia habis dipecat oleh bosnya karena terlalu kaku dan banyak protes 😅. Intinya attitude nya Awan tuh nggak banget lah bagi bosnya. Makanya deh dia dipecat.
Karena kejadian itu bikin dia jadi kecewa. Terus dia nyebrang jalan sambil ngelamun gitu yang bikin dia tertabrak motor. Ceritanya tangannya dia sampai patah gitu deh. Terus jadi mak gendong. Ngerti kan maksudnya? Hahahha
Karena kejadian ini, Angkasa disalahin abis-abisan sama ayahnya karena nggak jemput adiknya. Padahal memang Awannya sendiri yang minta untuk tidak dijemput. Terus Awan ngebelain Angkasa agar Angkasa tidak dimarahi lagi oleh ayahnya. Awan kayak ngeberontal gitu deh ke ayahnya. Karena dia terus-terusan diperlakukan seperti anak kecil. Padahal dia tuh pingin banget gitu bisa seperti anak-anak lain yang nggak terlalu dikontrol orang tuanya.
Ada juga kejadian ketika Awan datang terlambat ke pameran karya seni Aurora. Karena dia datang telat, ayahnya sampai marah-marah ke Awan yang bikin vanue jadi berisik. Terus orang-orang yang hadir jadi merasa nggak nyaman karena ulah mereka. Terus Aurora juga jadi empet sama kelakuan mereka berdua yang akhirnya nyuruh mereka pulang. Daripada bikin gaduh.
Kejadian inilah yang menjadi titik mula pemberontakan kedua kakaknya setelah sekian lama mereka hanya memendam perasaan mereka terhadap ayahnya. Saat mereka bertiga berontak, disitulah masalah kematian saudara kembar Awan terungkap. Kematian yang ditutupi puluhan tahun oleh ayahnya sendiri.
Selain itu, ada juga momen dimana Awan merasa amat kecewa terhadap ayahnya karena dia terlalu ikut campur dengan kehidupan Awan. Hal ini bikin Awan sudah benar-benar muak dengan ayahnya.
Semua kejadian tersebut hanya memiliki 1 alasan yaitu agar anaknya bahagia, nyaman dan aman.
Pak Narendra ingin Awan selalu diantar jemput Angkasa agar dia nyaman dan aman.
Pak Narendra ingin anak-anaknya menghadiri acara pameran karya seni Aurora dengan tepat waktu agar anaknya bahagia.
Pak Narendra ingin Awan mendapatkan pekerjaannya kembali agar Awan merasa nyaman dan bahagia.
Ya, betul memang niatnya baik. Namun cara Pak Narendra yang keliru. Beliau tidak pernah memberi kesempatan pada anaknya untuk memilih dan memutuskan apa yang terbaik untuk dirinya. Beliau juga terlalu mengatur kehidupan anak-anaknya dengan alasan agar mereka bahagia, nyaman dan aman. Tapi Pak Narendra lupa bahwa mendidik anak juga perlu membuat mereka merasakan yang namanya nggak nyaman, sedih, terpuruk. Sehingga mereka bisa jadi pribadi yang tangguh dan mampu mengapresiasi proses.
Ibu Sebagai Penenang di Tengah Konflik Keluarga
Google images |
Ditengah konflik keluarga Pak Narendra, Bu Ajeng hadir sebagai penenang diantara mereka semua. Bu Ajeng meyakinkan anak-anaknya bahwa ia sangat bahagia bersama ayahnya. Bagi Bu Ajeng, Pak Narendra adalah sosok suami terbaik baginya. Pokoknya Pak Narendra dipuji habis-habisan deh oleh Bu Ajeng depan anak-anaknya.
Hal itu yang akhirnya bikin mereka luluh terhadap ayahnya. Namun pemberontakan anak-anaknya juga yang bikin Pak Narendra sadar kalau selama ini beliau salah. Beliau terlalu mengekang anak-anaknya sampai membuat mereka terluka.
Sebenarnya kalau diamati, Pak Narendra itu baik. Maksudnya juga baik. Hanya saja caranya terlalu berlebihan. Beliau terlalu takut dan khawatir kalau anak-anaknya kenapa-kenapa. Namun sikap berlebihannya itu bikin anak-anaknya juga jadi memendam emosi negatif yang bikin mereka jadi jutrek.
You know jutrek? It means gedeg 🤣🤪
Yah, itulah kira-kira pelajaran yang saya petik dari film NKCTHI. Mungkin masih banyak kurangnya. Tapi setidaknya, dengan menuliskannya bisa jadi pengingat bagi saya saat membuka lagi tulisan ini. Hihi.
Post a Comment
Post a Comment