Judul : Totto-chan,
Gadis Kecil di Jendela
Penulis : Tetsuko
Kuroyanagi
Penerbit : PT
Gramedia Pustaka Utama
Ibu guru menganggap Totto-chan nakal, padahal gadis kecil itu hanya
punya rasa ingin tahu yang besar. Itulah sebabnya ia gemar berdiri di depan jendela
selama pelajaran berlangsung. Karena para guru sudah tak tahan lagi, akhirnya Totto-chan
dikeluarkan dari sekolah.
Mama pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Totto-chan girang sekali,
di sekolah itu para murid belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia bisa
belajar sambil menikmati pemandangan di luar gerbong dan membayangkan sedang
melakukan perjalanan. Mengasyikkan sekali kan?
***
Totto-chan adalah gadis kecil
yang manis, aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Akan tetapi saat
masih duduk di bangku kelas 1 SD, Totto-chan harus pindah sekolah. Karena guru
Totto-chan tidak tahan dengan segala tingkah polahnya yang dianggap nakal. Untungnya
mama Totto-chan adalah ibu yang sangat luar biasa. Mama Totto-chan tidak pernah
menganggap Totto-chan nakal, melainkan mama selalu menganggap Totto-chan adalah
gadis yang pintar dan manis.
Akhirnya mama memutuskan untuk
menyekolahkan Totto-chan di sekolah gerbong kereta yang bernama Tomoe Gakuen. Sesampai
di sekolah tersebut, mama membiarkan Totto-chan untuk mengobrol dengan bapak
kepala sekolah, Sosaku Kobayashi. Mr. Kobayashi adalah kepala sekolah yang
sangat penyayang. Sejak pertama kali bertemu dengan mr. Kobayashi, Totto-chan sudah
langsung menyukai beliau.
Saat hari pertamanya menginjakkan
kaki di Tomoe Gakue, Totto-chan diminta untuk menceritakan hal-hal yang dia
sukai dan mr. Kobayashi mendengarkan dengan sangat antusias dan sabar. Setelah selesai
bercerita, Totto-chan diterima di sekolah tersebut dan di ajak untuk makan
siang.
Awal masuk sekolah ia merasa agak
bingung karena murid di sekolah tersebut sangat sedikit, berbeda dengan
sekolahnya yang lama dengan jumlah murid yang banyak dalam satu kelas. Lalu ia
juga lebih merasa heran lagi saat sudah masuk ke kelas. Anak-anak di kelasnya
boleh menempati meja dan kursi yang mana pun mereka inginkan. Mereka boleh
belajar apapun yang mereka inginkan. Biasanya di sekolah konvensional pasti
sudah ada jadwal pelajarannya, misal jam pertama adalah pelajaran X selanjutnya
pelajaran Y. Tidak dengan di Tomoe Gakuen. Pada jam pertama, guru masuk ke
kelas untuk menuliskan daftar semua soal dan pertanyaan menenai yang akan
diajakan hari itu. Selanjutnya guru akan membiarkan para murid untuk memilih
salah satu yang paling disukainya dari yang sudah dituliskan.
Sehingga para murid di kelas
tersebut akan belajar sesuai dengan apa yang disukainya. Hal inilah yang
membuat Totto-chan merasa aneh dan bingung harus mengerjakan apa.
Dalam bayangan saya, sekolah di
Tomoe Gakuen dengan kepala sekolah yang sangat menyenangkan dan juga penuh
kasih sayang pasti sangat menyenangkan. Pastinya Totto-chan dan kawan-kawan
tidak hanya sekedar belajar di dalam kelas. Namun mereka juga di ajak untuk
belajar di lapangan. Mereka di ajarkan bagaimana caranya menanam padi langsung
oleh petani. Bahkan, bapak petani yang mengajarkan mereka bercocok tanam di
perkenalkan sebagai guru pertanian. Ah, luar biasanya mr. Kobayashi.
Jangan dikira selama bersekolah
di Tomoe Gakuen, Totto-chan tidak pernah melakukan hal-hal yang mungkin bagi
kita hal tersebut adalah suatu hal yang tidak seharusnya dilakukan. Akan tetapi,
mr. Kobayashi tidak sedikitpun memarahinya melainkan menasihati Totto-chan
dengan lemah lembut dan bahkan beliau mengajak Totto-chan berdiskusi mengenai
hal yang telah dilakukannya.
Hal yang paling mengejutkan lagi,
Totto-chan tidak pernah tahu kalau dirinya pernah dikeluarkan dari sekolah. Hingga
usia 20-an, barulah mama bercerita bahwa ia pernah dikeluarkan dari sekolah. Betapa
kagetnya Totto-chan ketika mengetahui hal tersebut.
Akan tetapi, siapa sangka bahwa
metode pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh Sosaku Kobayashi akhirnya
juga di lirik oleh pemerintah Jepang.
Sosaku Kobayashi memutuskan untuk
mendirikan sekolah sendiri dengan metode yang sudah sejak lama ia pelajari dari
negara-negara barat. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk rasa kecewa dan
protesnya kepada pemerintah Jepang mengenai sistem pendidikan yang diterapkan
saat itu. Akan tetapi pada saat Perang Dunia ke 2, sekolah tersebut hancur
terkena bom. Lalu kemudian Sosaku Kobayashi berujar “Sekolah seperti apa lagi
yang harus saya bangun?”. Akan tetapi belum sempat ia wujudkan harapannya, ia
meninggal dunia di usia 60-an.
Lesson Learned
Pastinya ada buanyak hal yang
bisa di pelajari dari kenangan manis Totto-chan bersama kawan-kawan dan juga
mr. Kobayashi, tentu juga orang tua Totto-chan.
Novel ini menyadarkan saya
pribadi sebagai pembaca bahwa tidak ada satupun anak yang nakal. Melainkan
mereka adalah anak-anak yang penuh dengan rasa ingin tahu tentang berbagai hal.
Oleh karenanya mama Totto-chan tidak pernah menganggap apa yang dilakukan oleh
anaknya sebagai sebuah kenakalan, namun mama selalu memberikan bimbingan kepada
Totto-chan dengan baik.
Jangan pernah membentak atau pun
memarahi anak, akan tetapi ajaklah mereka untuk berdiskusi mengenai hal yang
telah diperbuat. Lalu kemudian nasihatilah mereka dengan kata-kata yang santun.
Karena dengan mengajak anak berdiskusi dan menasihati dengan kata yang santun
akan lebih membuat anak untuk menjadi lebih terbuka kepada orang tua.
Ada banyak hal deh pokoknya yang
bisa di pelajari dari novel ini. Dan saya rasa siapa pun wajib banget untuk
membaca buku yang luar biasa ini.
Selamat membaca.
Salam literasi..
Post a Comment
Post a Comment