Bangka.tribunnews.com |
Bulan Ramadhan adalah bulan yang suci, bulan yang selalu dinanti, dan bulan yang selalu di rindu. Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi waktu yang seringkali digunakan oleh banyak orang untuk meningkat-kan ketakwaan, meningkat-kan amalan ibadah, dan menyucikan jiwa. Akan tetapi kenapa seringkali setelah Ramadhan kita balik lagi ke kebiasaan semula? Apakah kita meningkatkan ketakwaan hanya ketika bulan Ramadhan?
Saya teringat dengan buku Cak Nun yang berjudul Tuhan pun Berpuasa. Buku tersebut bagus banget untuk melakukan refleksi apakah kita benar-benar sudah berpuasa atau kah belum. Buku tersebut mencoba menggali makna puasa, makna Ramadhan, makna hari raya secara mendalam dan meluas. Sehingga kita tidak hanya terpatok pada puasa wajib ya di bulan Ramadhan. Ramadhan itu ya jatuhnya hanya 1 kali dalam 1 tahun hijriyah, begitu pula hari raya. Padahal, setiap detik hidup kita untuk berpuasa, setiap bulan adalah Ramadhan, setiap hari adalah hari raya.
Lha kalau setiap detik untuk berpuasa, setiap bulan adalah Ramadhan, setiap hari adalah hari raya, nggak spesial dong?
Well, good people. Seperti yang kita ketahui bahwa puasa itu tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus. Tapi juga menahan diri dari perbuatan yang tidak baik, menahan hawa nafsu, mengontrol pikiran dan perasaan kita. Sehingga setiap detik hidup kita ya berpuasa. Sesungguhnya amalan-amalan ibadah yang kita lakukan setiap harinya adalah dalam rangka menopang aktivitas berpuasa kita. Ya shalat wajib, ya shalat sunnah, ya tadabbur Alqur'an, ya berdzikir, ya sodaqoh, infaq dan zakat, dan amalan baik lainnya. Dan semua itu harus benar-benar hanya untuk Allah, bukan yang lainnya. Sehingga amalan tersebut akan membantu memudahkan proses berpuasa kita, membantu menyucikan jiwa kita.
Menurut saya, Bulan Ramadhan menjadi momentum bagi kita untuk membangun pondasi tersebut. Tentunya dimulai dari mengistiqomahkan diri untuk melakukan amalan ibadah dan tentunya menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya. Sebagai bekal kita untuk hidup. Setelah itu, amalan yang kita lakukan saat bulan Ramadhan harus kita istiqomahkan terus menerus dan kita tingkatkan.
Sehingga, setiap detik hidup kita, kita bisa berpuasa dengan lega. Kita selalu merasakan Ramadhan dan kita selalu merayakan hari raya. Yang mana setiap detik kita selalu melakukan penyucian jiwa. Sehingga setiap Ramadhan dan hari raya yang sesungguhnya tiba, kita semakin bisa merasakan “aromanya”, ketakwaan kita semakin meningkat, kedekatan kepada Allah semakin meningkat dan relasi dengan manusia juga semakin baik.
Satu hal yang perlu kita ketahui bahwa, tidak hanya tubuh yang perlu sehat, jiwa pun juga harus. Dan menyehatkan jiwa itu tidak mudah. Lika liku perjuangannya luar biasa. Maka, di bulan Ramadhan ini, mari kita mulai membangun pondasinya sebagai usaha untuk mendidik jiwa kita agar selalu sehat.
semoga ibadah puasa kita ditahun ini bisa diterima oleh Allah SWT dengan menjalankan amalan-amalan bulan ramadhan yang diperintahkan..
ReplyDelete