Saya sering bertanya-tanya,
Kenapa ya para koruptor ini pada melakukan tindakan korupsi? Padahal mereka orang-orang berpendidikan tinggi lho. Kuliahnya pun di kampus ternama.
Eh tapi, kalo orang yang berpendidikan itu kan harusnya nggak korupsi dong ya?! Tindakan korupsi itu kan tindakan tidak beradab. Karena mereka mengambil yang bukan haknya. Sama seperti pencuri lah. Tapi beda kelas. Sedangkan orang berpendidikan itu orang yang beradab.
Berarti kalau mereka korupsi tidak bisa dikatakan sebagai orang berpendidikan tinggi dong ya?! Akan tetapi mereka hanya bersekolah tinggi.
*************************
Kadang kita sering keliru dalam menyematkan diksi "berpendidikan" kepada seseorang. Seringkali orang-orang yang bersekolah tinggi secara formal dianggapnya sudah pasti berpendidikan tinggi juga. Begitu pula sebaliknya, orang yang tingkat sekolahnya rendah bahkan nggak sekolah formal sama sekali dianggapnya tidak berpendidikan. Padahal mah nggak ya. Karena orang yang sudah tamat S1 tapi masih suka buang sampah sembarangan juga bisa dikatakan berpendidikan rendah. Sedangkan orang yang sering kita anggap primitif tapi sangat tahu caranya bersopan santun terhadap manusia dan alam semesta bisa dikategorikan berpendidikan tinggi.
Sebenarnya pendidikan itu apa sih?
Secara definitif menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam hal ini saya mengartikan proses pengajaran dan pelatihan ini tidak melulu melalui lembaga formal berupa sekolah atau lembaga non formal berupa kursus. Tetapi bisa juga melalui lembaga informal seperti keluarga, komunitas ataupun paguyuban. Karena proses pendidikan bisa dimana saja oleh siapa saja. Namun yang paling utama adalah dari keluarga.
Sebagai contoh : Suku Boti di NTT sana. Suku tersebut dipimpin oleh seorang raja, yang mana si raja tidak hanya mengatur rakyatnya secara sosial dan kawasan kekuasaannya secara politik. Namun juga sering membuka ruang diskusi dengan rakyatnya di ruang komunal suku tersebut, yang akhirnya memberikan insight kepada masyarakatnya tentang kehidupan.
Mungkin kelihatannya kegiatan kumpul-kumpul begitu semacam biasa saja ya. Tapi sebenarnya dalam kegiatan tersebut juga terjadi sebuah proses pendidikan, sebuah proses pengajaran. Oleh karenanya tuh masyarakat Suku Boti sampai saat ini masih sangat arif dalam bersikap dan berperilaku. Baik antar sesama manusia maupun dengan alam semesta. Akan tetapi, sekalipun Suku Boti masih hidup sangat tradisional, namun ada bagian tertentu dari kehidupan sosialnya yang disesuaikan dengan zaman.
Sedangkan, bagaimana dengan sekolah?
Secara definitif menurut KBBI, 1) sekolah adalah bangunan atau lembaga belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran; 2) waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran; 3) usaha menuntut kepandaian.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai kata tempat yaitu wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Sedangkan sebagai kata sifat yaitu usaha seseorang untuk menuntut ilmu.
Sekolah sendiri sebenarnya tidak hanya dipandang dalam wadah formal saja. Namun ada juga yang non formal (tempat kursus) dan ada juga yang informal (homeschooling, unschooling). Sehingga setiap orang memiliki kebebasan untuk menuntut ilmu di ranah mana pun. Entah itu secara formal, non formal maupun informal.
Sebenarnya antara sekolah dan pendidikan tidak bisa dipisahkan. Karena orang yang bersekolah harusnya mengalami proses pendidikan. Sedangkan orang yang melakukan proses pendidikan juga bisa dianggap sedang bersekolah. Sedangkan sekolah itu sendiri tidak melulu di ruang kelas, secara harfiah. Proses pendidikan yang dilakukan di ruang tamu rumah kita juga bisa dikatakan sekolah. Sekolah kan bisa dimana saja, belajar juga bisa dimana saja.
Namun yang menjadi pertanyaan : apakah dalam proses bersekolahnya atau proses belajar mengajarnya juga disertakan proses pendidikan secara hakiki? Ataukah hanya sekedar proses belajar mengajar secara harfiah?
Namun yang menjadi pertanyaan : apakah dalam proses bersekolahnya atau proses belajar mengajarnya juga disertakan proses pendidikan secara hakiki? Ataukah hanya sekedar proses belajar mengajar secara harfiah?
Hal semacam ini kadang perlu kita jadikan bahan introspeksi. Karena seringkali dalam proses belajar mengajar tidak mengikutsertakan proses pendidikan di dalamnya. Seringkali guru ataupun fasilitator hanya sekedar transfer knowledge. Namun tidak menimbulkan kesadaran pada diri si murid. Alhasil si murid hanya pintar bersekolah tapi tidak pintar dalam berkehidupan. Padahal pendidikan itu sendiri adalah alat agar manusia pintar dalam berkehidupan.
Atau contoh yang sering kita temukan adalah di dalam keluarga. Anak diminta bersekolah yang rajin, yang pintar yang tinggi agar menjadi orang yang berpendidikan dan mudah mendapatkan pekerjaan. Tapi orangtua lupa bahwa pendidikan paling utama dan terbaik adalah oleh orangtua. Bukan sekolahnya. Alhasil ketika si anak sudah di sekolahkan yang tinggi tapi perilakunya masih buruk, yang diungkit adalah sekolahnya. Padahal sekolah terutama yang formal hanyalah pendamping, bukan yang utama.
Dan biasanya setelah menuntaskan proses belajar di sekolah akan mendapatkan ijazah ataupun sertifikat. Ijazah atau sertifikat adalah bukti dari seseorang itu sudah menyelesaikan sekolahnya. Entah itu formal, informal maupun non formal. Namun ijazah ataupun sertifikat tidak akan pernah bisa menjadi bukti bahwa seseorang itu berpendidikan. Yang menjadi bukti seseorang itu berpendidikan terletak pada adabnya bukan ijazahnya ataupun sertifikatnya.
Atau contoh yang sering kita temukan adalah di dalam keluarga. Anak diminta bersekolah yang rajin, yang pintar yang tinggi agar menjadi orang yang berpendidikan dan mudah mendapatkan pekerjaan. Tapi orangtua lupa bahwa pendidikan paling utama dan terbaik adalah oleh orangtua. Bukan sekolahnya. Alhasil ketika si anak sudah di sekolahkan yang tinggi tapi perilakunya masih buruk, yang diungkit adalah sekolahnya. Padahal sekolah terutama yang formal hanyalah pendamping, bukan yang utama.
Dan biasanya setelah menuntaskan proses belajar di sekolah akan mendapatkan ijazah ataupun sertifikat. Ijazah atau sertifikat adalah bukti dari seseorang itu sudah menyelesaikan sekolahnya. Entah itu formal, informal maupun non formal. Namun ijazah ataupun sertifikat tidak akan pernah bisa menjadi bukti bahwa seseorang itu berpendidikan. Yang menjadi bukti seseorang itu berpendidikan terletak pada adabnya bukan ijazahnya ataupun sertifikatnya.
Lalu, apakah sama tingkat pendidikan dengan tingkat sekolah?
Ya jelas berbeda atuh. Walaupun pendidikan adalah bagian dari sekolah, tapi bukan berarti orang yang sekolah tinggi hingga membumbung di langit bisa dikatakan berpendidikan tinggi pula. Nggak lah.
Sekalipun sekolahnya sampai Amerika tapi hobinya melakukan pembohongan publik, ya nggak bisa dikatakan berpendidikan tinggi juga. Terus gelarnya berderet macam gerbong kereta tapi cara mendapatkannya juga nggak etis. Ya nggak bisa dikatakan berpendidikan tinggi. Lalu gelarnya sudah guru besar di kampus ternama di Tanah Air tapi korupsi. Ya nggak bakal bisa dikatakan berpendidikan tinggi juga.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan tidak sama dengan tingkat sekolah. Semakin bijak seseorang, maka ia semakin berilmu dan sudah pasti tingkat pendidikannya juga tinggi. Akan tetapi jika ia sekolah tinggi namun adabnya kurang baik dan biasanya hanya mentok sampai memiliki pengetahuan saja. Maka ia hanya sekedar bersekolah dan pendidikannya rendah.
Post a Comment
Post a Comment