Akhir-akhir ini isu mengenai kerusakan lingkungan mulai marak diberitakan seantero global. Sehingga mulai memunculkan organisasi, perusahaan beserta gerakan-gerakan untuk melestarikan lingkungan. Salah satu perusahaan yang ikut serta menjaga kelestarian lingkungan adalah perusahaan asuransi MSIG Indonesia.
Ada banyak Salah sekali jalan yang bisa ditempuh untuk menjaga Bumi. Jalan yang saya pilih untuk melestarikan lingkungan adalah dengan memulai hidup minim sampah. Karena ternyata sampah yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan kerusakan ekosistem baik di darat, udara maupun di perairan.
Sudah banyak bukti yang menunjukkan hewan laut mati karena memakan sampah plastik yang mengalir ke lautan. Lalu ada juga rusa yang mati karena memakan sampah plastik yang terbuang sembarangan.
Kemudian suhu bumi meningkat karena gas yang dihasilkan oleh tumpukan sampah yang tak dikelola dengan baik. Sehingga penting bagi kita untuk memulai hidup minim sampah untuk pelestarian lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati.
Kemudian suhu bumi meningkat karena gas yang dihasilkan oleh tumpukan sampah yang tak dikelola dengan baik. Sehingga penting bagi kita untuk memulai hidup minim sampah untuk pelestarian lingkungan dan menjaga keanekaragaman hayati.
Ada beberapa langkah sederhana yang telah saya lakukan guna hidup minim sampah, demi menjaga keanekaragaman hayati dan keseimbangan alam. Apa saja sih langkah sederhana tersebut? Yuk, disimak!
Memilah dan Mengelola Sampah Rumah Tangga
Sejak akhir 2018 lalu, saya mulai mencoba untuk memilah dan mengelola sampah rumah tangga. Walaupun sejujurnya saya masih belum secara total untuk ber zerowaste. Sampai saat ini saya masih dalam tahap less waste. Artinya saya masih menitipkan sampah saya ke tukang sampah walaupun kuantitasnya tentu sudah mulai berkurang dari waktu ke waktu.
Melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah ini menjadi sangat penting guna pelestarian lingkungan. Karena dengan memilah dan mengelola sampah rumah tangga, kita jadi tahu jenis sampah apa saja yang telah kita hasilkan. Selain itu juga memilah dan mengelola sampah rumah tangga sendiri nantinya akan mempengaruhi pola konsumsi.
Biasanya sampah botol plastik, kardus dan kertas seperti koran saya masukkan ke bank sampah yang ada di dasa wisma RT. Sedangkan untuk sampah organik saya jadikan kompos. Ini lumayan banget untuk kompos tanaman. Kemudian untuk sampah plastik kering dan bersih saya masukkan ke dalam ecobrick.
Sejujurnya kelemahan saya sampai saat ini adalah masih mager untuk membersihkan sampah plastik agar bisa dimasukkan ke ecobrick. Misalnya ketika membeli tahu bakso, biasanya ada saus sachetnya. Nah kadang saya masih mager untuk membersihkan bungkus saus tersebut. Oleh karenanya saya memilih untuk mengurangi membeli makanan yang berpotensi menghasilkan sampah. Sehingga sampah yang dititipkan ke tukang sampah jadi lebih sedikit.
Membuat komposter ini menjadi tantangan banget untuk saya. Apalagi dengan fasilitas yang minim sehingga saya harus mengakali sampah organik saya. Saya memilih mengguankan pot tanaman sebagai komposter.
Serunya membuat mengelola sampah organik adalah saya jadi benar-benar merasakan langsung apa yang disebut dengan sustainability. Sebagai contoh, saya tidak membuang daun kering hasil nyapu di halaman, melainkan saya kumpulkan untuk campuran komposter. Lalu air siraman beras juga tidak saya buang, namun saya gunakan untuk komposter agar sampah komposnya cepat terurai. Sustainable banget bukan?
Cara membuat komposter ala-ala ini sangat mudah sekali.
1. Sediakan pot tanaman ukuran besar;
2. Masukkan tanah di dasar pot dan ratakan;
3. Masukkan daun kering, kemudian masukkan sampah organik. Lalu ratakan;
4. Masukkan daun kering lagi, kemudian masukkan tanah.
5. Lalu tutup pot komposter tersebut dengan papan yang tidak mudah digeser oleh tikus.
Wah, gampang sekali kan cara membuat kompos dengan pot tanaman?!
Akan tetapi lambat laun potnya pasti akan penuh. Walaupun sebenarnya setiap hari pasti mengalami penguraian sehingga sampahnya mulai turun. Namun kalau sudah terlalu lama pasti akan menumpuk juga kan ya?
Nah, saya mensiasati dengan memindahkan sampah kompos di pot ke dalam karung beras. Namun nggak dipindahkan gitu aja ya. Melainkan pada dasar karung perlu diisi tanah terlebih dahulu. Kemudian diisi daun kering, baru deh sampah kompos dimasukkan ke dalam karung. Lalu agak diratakan, kemudian masukkan daun kering lagi dan tanah.
Hasil Pengomposan |
Setelah itu ikat karung dan biarkan hingga sebulan lebih. Setelah sekitar sebulan, sampah kompos dikarung sudah mulai terurai, tidak bau dan kering. Nah jika sudah mulai terurai, itu tandanya sampah kompos sudah bisa digunakan untuk campuran tanaman. Namun sebelum digunakan, biarkan terlebih dahulu karungnya terbuka seharian. Untuk mengeluarkan gas yang membuat komposnya jadi panas.
Jangan kaget jika sampah komposnya bau ya. Ya namanya juga sampah. Heuheu..
Menurut saya cara ini efektif banget untuk mengatasi masalah sampah organik. Sehingga tidak ada sampah organik yang terbuang ke tempat pembuangan akhir sampah.
Membuat ecobrick adalah cara efektif untuk mengurangi sampah plastik yang terbuang ke tempat pembuangan akhir sampah. Karena 1 botol ecobrick ukuran 1.5 Liter bisa menampung banyak sekali sampah plastik. Saya tidak bisa membayangkan seandainya banyak orang mulai membuat ecobrick, tentunya Bumi akan semakin sehat karena kuantitas sampah plastik yang terbuang menjadi berkurang.
Pembuatan ecobrick ini mungkin terlihat mudah, namun sebenarnya cukup menantang. Karena ternyata memasukkan sampah plastik kering ke dalam botol ecobrick tidak bisa hanya sekedar dimasukkan begitu saja. Melainkan setiap sampah plastik dimasukkan, lalu sampah plastik tersebut harus langsung dipadatkan dengan tongkat kayu.
Mengapa harus langsung dipadatkan?
Karena saya memiliki pengalaman ketika saya tidak langsung memadatkan sampah plastiknya, proses pemadatannya jadi lebih susah karena plastiknya sudah tertumpuk ditengah botol. Sehingga hal ini mempengaruhi kepadatan plastik pada bagian dasar botol. Jika bagian dasar botol tidak kaku, akan mempengaruhi saat aplikasi ecobrick nantinya.
Berat ideal yang diharuskan untuk 1 botol ecobrick adalah 1/3 dari volume botol. Artinya jika botol tersebut bervolume 1.5 Liter, maka berat ideal ecobrick adalah 500 gram.
Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ecobrick ini bahwa sampah yang dimasukkan ke botol ecobrick harus sampah plastik kering dan bersih. Jika jenis plastiknya agak kaku seperti bungkus refill minyak goreng, ada baiknya digunting kecil-kecil terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke botol. Karena hal ini akan mempengaruhi kepadatan botol.
Lalu jangan memasukkan barang-barang seperti baterai ke dalam botol ecobrick, sampah elektronik memiliki cara tersendiri untuk diolah.
Pertama kali saya mencoba membawa wadah sendiri saat belanja, rasanya agak ribet. Karena waktu itu saya harus membawa food container cukup banyak. Namun kemudian untungnya komunitas saya menjual eco-grocery, jadilah ketika membeli bumbu saya bisa terbantu dengan eco-grocery tersebut.
Karena saya tiap minggu belanja untuk keperluan makan langsung di pasar, maka saya harus membawa wadah sendiri agar tidak membawa wadah plastik ke rumah. Sehingga setiap pulang dari pasar saya benar-benar tidak membawa sampah plastik pulang.
Bagi saya hal ini sangat membahagiakan, karena tidak ada sampah plastik yang harus saya urus. LOL
Sejak pindah ke kontrakan baru, saya mulai memanfaatkan kembali bungkus refill seperti bungkus sabun, minyak goreng ataupun cairan untuk mengepel. Ketika bungkus refillnya dalam keadaan kosong, bungkus refill tersebut saya cuci bersih dan menggunting bagian bawahnya untuk membuat bolong. Lalu bungkus refill tersebut saya manfaatkan sebagai wadah bibit tanaman.
Karena semenjak saya memanfaatkan sampah kompos sebagai pupuk, ada banyak sekali bibit yang tumbuh di pot. Sehingga sayang jika tidak dirawat.
Bagi saya berkebun juga menjadi cara untuk melakukan pelestarian lingkungan. Karena kita tahu sendiri bahwa manfaat tanaman banyak sekali untuk kebaikan Bumi dan manusia. Seperti untuk menyaring debu, menyaring partikel racun dari udara, menurunkan tingkat kebisingan, menjaga kualitas air tanah (jika tanamannya tidak ditanam di pot), dan banyak lagi.
Walaupun saya pribadi sebenarnya masih nggak punya pengetahuan mumpuni soal tanaman. Tapi sementara ini bagi saya yang penting rumah kontrakan kami tidak gersang aja deh. Agar setiap pagi buka jendela bisa melihat yang segar-segar. Sehingga tidak hanya pemandangannya saja yang segar, namun udara pagi yang terhirup juga.
Menurut saya berkebun ini penting banget sih. Karena keberadaan tanaman untuk kesehatan bumi dan isinya menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan. Tentunya hal ini buka untuk kepentingan masa sekarang, namun juga generasi masa depan.
MSIG Indonesia merupakan perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari MS&AD Isurance Group. PT. Asuransi Indonesia adalah penyedia jasa asuransi umum yang juga sangat concern dalam bidang pelestarian lingkungan dan keanekaragaman hayati. Asuransi umum adalah asuransi yang memberikan ganti rugi kepada tertanggung atas kerusakan atau kerugian harta benda.
MSIG Indonesia telah melakukan banyak sekali kegiatan yang terkait pelestarian alam seperti melakukan kerjasama dengan Kementerian Kehutanan untuk penghijauan kembali hutan di D.I Yogyakarta. Tujuannya tentu untuk menjaga keanekaragaman hayati dan juga mengurangi dampak perubahan iklim.
Lalu disektor pendidikan, MSIG Indonesia melakukan diskusi tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan keanekaragaman hayati ke sekolah-sekolah dasar. Agar sejak dini, banyak anak yang mulai memiliki kesadaran menjaga bumi untuk masa depan lebih baik.
Bumi yang kita pijaki hanya satu. Sekalipun peneliti telah menemukan planet seperti Bumi, namun tentunya tidak ada tempat hidup terbaik di dunia selain di Bumi. Manusia diciptakan Tuhan tentu salah satunya untuk menjaga kelestarian Bumi. Siapa lagi yang diberikan mandat oleh Tuhan untuk menjaga Bumi jika bukan kita?
Oleh karenanya, sudah seyogyanya kita mulai untuk mengambil langkah sederhana untuk menjaga keseimbangan di Bumi. Sejatinya setiap manusia pasti bisa dan mampu, namun butuh kemauan dan kesadaran untuk bisa dan mampu.
Jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan sekarang, kapan lagi?
Post a Comment
Post a Comment