Beberapa hari ini saya lagi agak rajin membaca buku Lã Tahzan, setiap pagi. Biasanya saya membacanya secara acak dengan harapan halaman yang terbuka menjadi penawar dari suasana hati di hari itu. Wkwkwk.
Bukan berarti saya meng-kitab-kan buku ini lho ya. Bukan! Melainkan saya jadikan sebagai wasilah.
Karena jujur saja, saya beli buku ini pas lagi galau banget banget banget. Biidznillah, pas pertama kali buka buku ini. Halaman yang terbuka sesuai dengan kondisi hati saya disaat itu. Mejik! 😂
Oleh karenanya sejak saat itu saya jadikan buku ini sebagai wasilah. Cukup wasilah saja.
Kemudian beberapa hari lalu saya membaca tema tentang Kebahagiaan Para Sahabat Bersama Rasulullah SAW di buku Laa Tahzan. Tema tersebut membuat saya memikirkan kembali arti kebahagiaan.
Kompasiana.com |
Mungkin kita sering banget mendengar atau membaca kebahagiaan receh seseorang. Entah itu bisa bangun lebih pagi dari biasanya kah atau makan es krim kah atau apa. Tapi menurut saya itu sah-sah saja. Karena saya sendiri pun sering menceritakan kebahagiaan receh saya.
Tapi, saya jadi bertanya kembali :
Yang disebut dengan bahagia itu sebenarnya seperti apa sih?
Apakah perasaan yang menimbulkan kesenangan akibat sesuatu? Atau?
Namun bisakah kita menemukan bahagia di tengah penderitaan?
Atau kah dari sebuah kondisi tidak ada satu rasa yang mutlak terjadi, namun kita bisa memilih rasa seperti apa yang bisa kita munculkan?
Karena ketika membaca tema seperti yang saya sebutkan sebelumnya, kehidupan para sahabat di masa Rasulullah itu luar biasa penderitaannya. Nggak tanggung-tanggung sampai ada yang dijemur di bawah teriknya matahari. Bahkan mereka juga harus berperang melawan kedzoliman di masa itu, mereka dihina, dicaci, disiksa, tapi nggak mengurangi kecintaan mereka kepada Rasulullah.
Bahkan mereka masih tetap bisa berbahagia di tengah penderitaan yang mereka alami.
Pinterest.com |
Pinginnya gitu saya kagum sama Rabiah. Tapi tetap saja beliau adalah manusia biasa. Walaupun tingkat ketakwaannya udah pasti jauuuuuuhh lebih tinggi dari manusia biasa. Apalagi saya manusia remahan kerupuk kaleng 🤣🤣🤣🤣. Tapi pembaca yang budiman jangan mempercayai sekalimatpun dari tulisan ini ya. JANGAN! Tulisan ini hanya sekedar tuangan pikiran saya pribadi dan sebagai pengingat diri agar selalu berbahagia dalam kondisi apapun. Karena ada Allah yang semoga dengan senang hati memberi ruang pada orbitNya bagi si dzolim ini. Insyaa Allah. |
Post a Comment
Post a Comment