Sejujurnya saya agak bingung mau mengawali tulisan ini kayak apa. Padahal secara teori, 100 kata pertama itu adalah bagian krusial dalam sebuah penulisan artikel. Karena 100 kata pertama ini yang bikin pembaca jadi tertarik untuk terus membaca sebuah artikel. Wkwkwk.
Tapiii, karena saya bukan seorang penulis. Maka saya nulisnya suka-suka dwong yaaa. Karena tulisan ini sesungguhnya adalah curhat nggak penting dan tentunya sangat subjektif bangetlah. Wkkkwk
Lanjoooottt..
Ceritanya beberapa waktu ini saya merasa kayak embuh banget. Dari hari ke hari semakin terpenjara oleh pikiran dan perasaan sendiri. Tersiksa sih, tapi anggep aja ini bagian dari rahmat. Karena bisa jadi ini cara Allah menempa saya.
Etdaaaahh. Sa ae bakul buku 🤣
Di tengah momen-momen terpenjara sepi, sendiri, di ruang tanpa dinding. #ApaSih. Saya merasa jadi manusia itu adalah anugerah dan bisa merasakan beragam manis pahitnya hidup adalah kesempatan berharga. Kan lumayan nanti ketika sudah di alam keabadian, ada banyak cerita lucu yang dibawa dari kefanaan. Wkwkkwkkk
Menurut saya nih, menurut saya.
Menurut saya lho yaa, bukan menurut Mas Anang apalagi Mas Dhani. Wkwkwwk.
Hidup itu kompleks banget. Jadi manusia itu kompleks banget. Apalagi kalau sudah terkontaminasi dengan segala macam polusi itu, duuh kompleksitasnya tambah tambah tambah tambah 😂.
Dengan segala kompleksitas itu, saya menemukan ada banyak sekali bab-bab sulit dalam hidup.
Etdaaaahh. Nggaya amat bakul sosis solo 🤣
Apa aja sih bab-bab sulit menurut Madam Cintah Laurah KW 100000000000000000?
(Maap yaaak, mukadimahnya panjaaaaaaaanngg banget kayak rel kereta api Banyuwangi - Gambir)
Monggo disimak ke-absurd-an ini. Kalo mau 😆👇👇
Menundukkan Pikiran
Sumber : Hipwee |
Sejujurnya saya belum nemu diksi yang pas untuk sub judul ini. Namun yang pasti berurusan sama pikiran sendiri tuh tantangannya, subhanallah, luar biyazuaaaaaaahh 🤣.
Disadari atau tidak, yang sering banget bikin kita sumpek sebenarnya adalah pikiran kita sendiri. Itupun untuk mengendalikan pikiran sendiri tuh nggak pernah mudah. Padahal ya pikiran sendiri yak, bukan pikiran orang.
Tapi disisi lain saya takjub gitu dengan cara Allah menciptakan manusia dengan segala komponennya. Baik software nya maupun hardware nya.
Kemudian, seringkali juga pikiran kita sendiri yang mempengaruhi tindakan dan ucapan kita. Alhamdulillah jika kita diberi kemampuan dan kemudahan dalam mengendalikan pikiran. Lha yang masih harus berjuang kayak saya ini? Memang butuh jam terbang. Xixix
Dari sini juga saya tersadar kalau ternyata saya hampir tidak pernah berzikir. Karena berzikir itu kan mengingat Allah. Sehingga orang yang selalu mengingat Allah, sudah pasti pikirannya jernih, hatinya lapang, jiwanya tentram. Insyaa Allah.
Itupun untuk selalu berzikir membutuhkan kecerdasan. Semakin terasah kecerdasannya, semakin meningkat kemampuan berzikirnya. Namun untuk bisa menjadi pribadi yang cerdas harus menempuh proses-proses awal seperti bersungguh-sungguh menjalani hidup, menjalankan kesungguhan tersebut secara amanah, serta tepat dalam pelaksanannya. Ya seperti 4 sifat Rasulullah.
Pendapat ini saya dapatkan dari diskusi Cak Nun dengan tim progress yang ditayangkan di channel CakNun.com
Rendah Hati (Tawadhu')
Sumber : satuharapan.com |
Duh, ini tantantangan banget untuk orang yang masih jumawa kayak saya. Untuk bisa tawadhu' pun ternyata suliiiitt sekali. Astagfirullah. Kecuali bagi orang-orang yang diberi kemudahan oleh Allah.
Tentu orang yang bertawadhu' pun adalah orang yang pandai berzikir. Karena ia pasti hidup dengan kesadaran penuh bahwa ia hanyalah manusia biasa yang penuh kelemahan, kekurangan dan kebodohan. Hanya Allah yang Maha Agung, Maha Segalanya. Sehingga nggak ada hal yang perlu disombongkan.
Subhanallah, sungguh saya iri banget dengan orang-orang yang mampu tawadhu'. Dalam keadaan sempit, sengsara dan menderita, pasti dia selalu merasa lapang.
Meluruskan Niat
Sumber : ltnnujabar.or.id |
Hhmm, bab hidup satu ini apalagi. Sulitnyaaaaa minta amploooppp 😌 #UangManaUang. Perkara niat ini memang kudu tepat, lurus dan ikhlas. Karena seringkali tampak luar niatnya untuk kehidupan akhirat, tapi aslinya ya untuk kepentingan-kepentingan duniawi juga.
Seolah-olah kepentingan dunianya ini di cover in dengan kepentingan akhirat.
Cak Nun pernah menulis terkait hal ini dibukunya yang berjudul Tuhanpun berpuasa. Rasanyaaa baca itu bab saya pingin nangis guling-guling di atas kulit kebab raksasa 🤣. Lebhaaaaaayayayaya..
Ikhlas
Sumber : Hipwee |
Ada sebuah tulisan Cak Nun di website CakNun.com (Cak Nun maneeeeeehh) mengatakan bahwa orang yang tidak mudah digoda oleh setan atau iblis adalah orang yang selalu ikhlas. Kurang lebih begitu katanya.
Duh, sontak saya langsung merasa tertegun. Betapa abang setan dan iblis masih hobi mendatangi saya dan saya pun masih tergoda untuk melakukan kedzaliman 😌. Astagfirullah.
Memang perkara ikhlas ini luar biasa perjuangannya. Dan salah satu metode untuk bisa ikhlas adalah dengan cara bersikap adil. Baik ke diri sendiri ataupun ke orang lain.
Mengelola Nafsu
Sumber : kmnu.or.id |
Masih dari tulisannya Cak Nun di buku Tuhanpun Berpuasa, beliau membuat analogi 'Manusia Perut' dan 'Manusia Lidah'.
Selama ini kita sering menganggap orang yang korupsi itu perutnya nggak pernah kenyang. Oh namun ternyata berbeda dengan padangan Cak Nun. Malah yang berperan dari tindakan dzalim seseorang bukan karena perutnya nggak pernah kenyang. Melainkan lidahnya yang tidak dikendalikan.
Jadi begini…..
Pada dasarnya perut kita itu adalah organ tubuh yang paling tahu batas. Sebenarnya ketika kenyang, perut kita memberikan sinyal kalau dirinya sudah kenyang. Selain itu perut kita juga nggak pernah rewel. Nggak pernah menuntut untuk diisi jenis makanan apa. Yang rewel itu lidah kita.
Lidah kita yang membuat kesan perut kita jadi ga kenyang-kenyang. Lidah kita juga yang terlalu bernafsu untuk makan makanan yang wah. Padahal makan tahu tempe pun cincailah pokoknya.
Tapi itu sebenarnya adalah analogi saja tentang nafsu.
Pada dasarnya manusia itu diciptakan dengan penuh keterbatasan yang seharusnya tahu batas. Tapi nafsu kita yang seringkali bikin kita bertindak diluar batas.
Keberadaan nafsu ini penting, karena kalau nggak ada nafsu, kita kehilangan gairah untuk hidup. Tapi nafsu ini harus tetap dikendalikan dan selalu berada dalam jalurnya. Ya apalagi kalau bukan dengan cara berdzikir 🙃.
Kita sadari atau nggak, bab mengendalikan nafsu ini juga penuh lika liku.
Jujur
Nemu di shopee cuy. Wkwk |
Perihal jujur ini juga nggak kalah sulitnya 😭. Jangankan jujur sama orang, jujur sama diri sendiri aja kadang berat.
Saya termasuk yang sering banget denial perihal sebuah kebenaran atau pun sebuah rasa. Akhirnya hal semacam ini bikin saya menjadi pribadi yang insecure 😭.
Betaa soal kejujuran ini menjadi sangat penting untuk menjaga kemurnian hati dan kejernihan pikiran.
Namun jujur ini juga harus tepat, ketepatannya ini harus dengan pertimbangan hati.
Bersyukur
Sumber : sumsel.idntimes.com |
Kita semua pasti tahu bahwa mengucapkan alhamdulillah itu adalah bentuk syukur dan itu mudah untuk dilakukan. Tapi pengejawantahan dalam laku dan pikirnya itu nggak mudah.
Bagaimana tuh maksudnyoo?
Jadi begini. Saya kan suka sekali merajut ya. Saya amat bersyukur karena Allah memberikan saya kemampuan ini. Ya walaupun masih suka nyontek pola juga. Tapii saya sering banget ga sabaran buat selesai. Rasanya itu rajutan kok ya ga selesai-selesai.
Nah, sambatan-nggak-penting-gini yang sebenarnya bikin rasa syukur itu jadi ambyar. Padahal seharusnya kan ga boleh gitu ya.
Sehingga mengucap alhamdulillah itu mudah, tapi pengejawantahannya itu yang tantantangan.
Du Gusti, ampuni hambamu yang dzolim ini 😭.
Udah gitu aja dulu curhatan nggak penting banget ini.
Semoga kita semua selalu diberikan kemampuan untuk ridho terhadap qadha'Nya dan juga kemampuan untuk selalu berdzikir. Insyaa Allah…
jozzzzz... pengejawantahannya selalu penuh lika liku yha mbaak
ReplyDelete