Pengalaman Menyusui Hening menjadi pengalaman yang sangat berkesan setelah mengandung dan melahirkannya. Alhamdulillah selama menyusui Hening, dari dia lahir sampai usia 11 bulan ini, saya nggak merasa ada drama yang gimana banget.
Tentu di awal menyusui saya mengalami kesulitan saat menyusui Hening secara langsung. Mengalami puting lecet juga. Akan tetapi hal tersebut bisa saya atasi atas seizin Allah.
Dulu saya pernah bercerita di Instagram bahwa saat baru lahiran, saya nggak bisa melakukan IMD karena ketuban saya sudah agak keruh. Sehingga si bayi kudu cepat-cepat diobservasi. Kemudian selama 3 hari di rumah sakit, saya nggak bisa menyusui Hening. Soalnya pas lahiran tuh kan mamang kopet lagi tinggi-tingginya tuh. Alhasil saya dan Hening terpisah selama 3 hari dan dengan ikhlas membiarkan Hening nyusu pake susu formula melalui dot. Karena ASI saya waktu itu belum bisa keluar juga.
Tapi nggak apa-apa, karena yang terpenting bagi saya adalah Hening sehat, selamat, sempurna.
Sesampai di rumah saya belajar untuk menyusui Hening secara langsung walaupun ternyata bukan hal yang mudah. Sehingga selama beberapa hari setelah sampai di rumah, saya memompa ASI saya agar Hening bisa minum ASI dan stop minum susu formula.
Pokoknya saya usahakan agar Hening minum ASI fresh dan ngebelain banget mompa tiap 2 jam sekali. Soalnya saya tuh malas sekali untuk nyimpan ASI, lalu menghangatkannya. Saya kok merasa ribet aja gitu. Makanya saya salut sama mamak-mamak yang kuat banget mompa ASI dan bisa nyetok di freezer. Lalu menghangatkan ASI nya. Terus nyuci dan mensterilkannya. Kok ya saya merasa nggak telaten untuk melakukan hal ini 😅.
*********
Karena bagi saya memompa ASI sangat melelahkan, sehingga saya tetap belajar agar bisa menyusui Hening secara langsung. Saya scrolling di Instagramnya Sentra Laktasi Muslimah (Salma) tentang cara menyapih bayi dari dot. Saya coba praktekkan apa yang tertulis di unggahan tersebut. Selain itu saya juga ikut webinarnya biar makin paham soal dunia per ASI an.
Pokoknya tiap 2 jam sekali saya usahakan banget untuk mencoba menyusui Hening secara langsung. Lalu saya lebih gencar nyusuinnya pas malam hari. Karena secara teoritis hormon prolaktin paling membara munculnya pas malam hari. Walaupun tentunya yang berperan nggak hanya itu saja, tapi hormon oksitosin juga penting. Yang mana keduanya harus saling bersinergi.
Nah, kalau dari hasil belajar bersama Salma, bu Arit (founder Salma) bilang bahwa untuk memunculkan dan mensinergikan kedua hormon tersebut adalah dengan cara menyusui si bayi secara langsung dan banyak-banyak berzikir. Karena hormon prolaktin bisa muncul jika disusui, sedangkan hormon oksitosin bisa muncul jika kita banyak mengingat Allah. Soalnya untuk merasa bahagia nggak harus tergantung pada benda-benda, melainkan harusnya bergantung sama Allah saja.
Mungkin kita bisa saja meng-counter argumen tersebut.
"Ah, nggak juga sih. Saya nggak nyusuin langsung tapi pake pompa bisa keluar tuh ASI saya".
"Temen saya lho atheis, tapi ASI nya lancar jaya mengalirnya. Kan atheis nggak percaya Tuhan. Udah pasti nggak bakal pernah zikir lah".
Huhu,
Jadi gini gaes. Sebenarnya menyusui itu nggak hanya sekedar transfer nutrisi dari ibu ke bayi. Tapi ada sesuatu yang jauh lebih dalam lagi yaitu soal kelekatan antara ibu dan bayinya, serta untuk meningkatkan ketakwaan kita pada Allah. Semoga bisa diterima dan dipahami ya 😉.
********
Dari pengalaman menyusui Hening, saya merasa sebenarnya setiap ibu pasti bisa dan mampu untuk memberikan ASI kepada anaknya. Entah dengan cara apapun, mau direct breastfeeding (selanjutnya disingkat DBF) ataupun dengan cara dipompa. Karena air susu adalah rahmat dari Allah dan rahmat Allah pasti nggak pilih-pilih.
Saya yakin banget bahwa air susu menjadi hadiah bagi para ibu yang telah menjalani lelahnya hamil dan melahirkan. Jika misalkan seorang ibu mengalami tantangan air susu seret atau apa, saya rasa itu bukan karena Allah pilih kasih. Hanya saja bisa jadi hormon prolaktin dan oksitosin kita lagi ga bersinergi.
Kalau dari webinar bareng Salma disampaikan bahwa kedua hormon tersebut yang sebenarnya mempengaruhi produksi ASI. Sekalipun seorang ibu nggak minum ASI booster atau sejenisnya, selama kedua hormon tersebut bersinergi, insyaa Allah air susunya bakalan lancar terus kok. Nah, tinggal kita yang perlu mempelajari dan memperdalam lagi bagaimana cara mensinergikannya.
Pada prinsipnya, produksi ASI itu sesuai dengan permintaan atau supply by demand. Semakin sering menyusui, maka semakin tinggi juga produksi ASI nya. Tapi semakin jarang menyusui ya produksinya juga menurun. Sehingga secara teoritis sebenarnya nggak ada istilah ASI seret, melainkan kurangnya permintaan atau kurangnya aktivitas menyusui yang menyebabkan produksi ASI juga kurang. Sependek yang saya pelajari sih begitu.
Berbicara soal ASI ini sebenarnya bisa panjang x lebar. Sepertinya saya perlu membuat resume dari hasil ikut webinar sama Salma. Siapa tau nanti ada yang butuh. Ya kaaaaann? Insyaa Allah unggahan selanjutnya yaa.
Bhay!
Post a Comment
Post a Comment