Suatu hari tetangga saya main ke rumah. Kami bercerita tentang banyak hal dan ada satu cerita yang cukup dialektis yaitu tentang seorang anak yang akhirnya bisa merasakan nikmatnya makan bersama.
Oke, untuk memudahkan saya dalam bercerita. Saya namai saja kedua tokoh yang aslinya saya nggak tau namanya 🤣. Anggap saja namanya Jaenab dan Zulaika.
Mereka ini kan teman satu sekolahan, masih SMP gitu. Si Jaenab datang dari keluarga sederhana. Sedangkan Zulaika adalah anak orang kaya. Orang tua Jaenab adalah seorang petani, sedangkan orang tua Zulaika adalah pegawai kantoran yang setiap hari berangkat pagi dan pulang sore atau bahkan malam.
Nah, suatu hari Jaenab mengajak Zulaika main ke rumahnya sepulang sekolah. Sesampai di rumah, Jaenab mengajak Zulaika makan siang bareng keluarganya. Lauknya sederhana aja sih, namun ibunya Jaenab melihat Zulaika makan dengan sangat lahap sehingga beliau menawarkannya untuk imbuh alias nambah 😂.
Terus ibunya Jaenab melihat ekspresi Zulaika yang tidak biasa. Kemudian ditanyalah dia kenapa kok kayak kelihatannya seneng dan lahap gitu. Padahal makannya cuma seadanya doang. Nggak ada mewah-mewahnya.
Lalu ceritalah Zulaika kalau dia seneng banget bisa makan bersama seperti itu. Soalnya dia nggak pernah merasakan makan bareng yang intimate kayak gitu karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Pagi-pagi sudah berangkat kerja, pulangnya sore kadang malam. Jadinya dia seneng banget sehingga makanannya jadi terasa enak.
Ya, mungkin Zulaika pernah makan bareng sama orang tuanya, tapi makan diluar. Kan kalo makan diluar kesannya kayak kurang hiihh gitu (Apa pula itu kurang hiihh 🤣). Sekalipun makan bareng di rumah, mungkin makannya ya cuma sekedar makan bareng. Mungkin dia pinginnya makan yang sambil ada ngobrolnya. Nggak keburu waktu buat ini dan itu. Gitu kali pinginnya dia 🥲.
Ceritanya kayak di FTV yak. Tapi ini terjadi beneran in real life. Indak saya karang-karang karepe dewe ben ketok mengsedih 😂.
*********
Cerita tersebut menjadi reminder banget bagi saya sebagai orang tua bahwa yang seringkali dirindukan oleh anak adalah kehadiran yang utuh. Seberapapun banyaknya uang yang dia terima, barang mahal yang bisa dia dapat atau benda-benda lainnya, kehadiran orang tua secara utuh tidak bisa digantikan oleh benda.
Ya, memang sih orang tuanya Zulaika kerja buat dia juga. Tapi kadang banyak orang tua yang lupa bahwa yang dibutuhkan oleh anak ya kehadirannya. Nggak hanya hadir fisiknya saja, namun juga hatinya. Bermain dengannya, ngobrol bareng, mendengarkan dia bercerita, menanyakan kegiatan sehari-harinya dan lain sebagainya.
Terus nulis ini juga jadi merasa tersentil karena sering banget khusyuk balas WA pas lagi main sama Hening 🥲. Soalnya nunggu dia tidur dulu ya kadang belum tentu sempat buka hp. Biasanya kalau dia tidur, saya masak atau kadang ikutan tidur karena masih ngantuk berat. Sedangkan lepas kelonin dia pas malam, saya langsung beberesan rumah. Habis beberes ya wes capek bin ngantuk. Padahal pinginnya habis beberesan mo nulis-nulis gitu. Tapi apalah daya energi udah habis duluan 😂. Itulah kenapa blog saya syepiiii, kayak…… Apa hayoooo?🤣🤣🤣🤣
Tapi bukan berarti dikit-dikit main hp sih. Tentu saya selalu berusaha untuk mindful main bareng Hening, minimal 15 menit. Lepas itu baru curi-curi waktu buat hapean. Meski kadang Hening menunjukkan protes dengan cara menggigit 😂. Itulah kenapa hp saya mode nya silent yang benar-benar silent. Biar nggak terdistraksi banget pas main sama Hening dan doi juga ga terganggu sama dering hp saya pas lagi tidur 😂.
*********
Hhhmmm, balik lagi ke topik awal bahwa pada dasarnya anak nggak banyak nuntut untuk dibelikan ini itu kok. Dengan hadirnya kedua orang tuanya tuh udah bikin dia seneng banget. Lagian bisa beliin anak ini itu tapi kitanya nggak ikutan main sama dia juga buat apa sih. Belum tentu lho dia bahagia hanya dengan bermain sendiri.
Permintaan anak pada dasarnya sederhana. Ia hanya meminta orang tuanya hadir utuh lahir batin buat dia. Tapi entah kenapa hal itu menjadi berat untuk dilakukan oleh orang tua 🥲.
Seperti Zulaika yang merindukan kebersamaan dengan orang tuanya. Kemudian ia bisa merasakan lezatnya kebersamaan pada sebuah keluarga sederhana dari temannya.
Lagian lho anak nemplok sama kita tuh bentaaaarrrr banget. Tugas pengasuhan kita juga bentaaaarr banget, cuma 15 tahun dan 15 tahun itu pasti nggak terasa.
Nanti kalau anak sudah mulai asik sama temannya, dia bakalan lebih banyak di luar ketimbang di rumah. Pulang ke rumah udah kayak buat numpang tidur 🥲. Yakin ga nyesel kalau waktu yang harusnya dipake buat main sama dia malah kita sia-siakan?
Jadi teringat pesannya Pak Nouman Ali Khan yang kira-kira bilangnya gini :
"Bermainlah dengan anak laki-lakimu. Ngobrollah dengan anak perempuanmu. Diluar sana ada banyak teman yang tingkahnya kayak setan. Maka sebelum anakmu mengenal mereka, jadikan dirimu sebagai teman baiknya".
Setuju banget sih sama pesan beliau tersebut. Karena kelekatan anak dan orang tua akan mempengaruhi dirinya saat bergaul. Anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanya akan mencari kasih sayang di tempat lain.
Oleh karenanya, yuk lah yuk. Hadir utuh untuk anak, tidak hanya fisik saja namun juga hati kita. Nggak harus bermain yang banyak printilannya. Cukup dengan mengikuti ritme geraknya dan melihat dia tertawa bahagia itu udah baguuuss. Menciptakan kenangan indah bersamanya, yang insyaa Allah bisa menjadi wasilah baginya agar tumbuh lebih tangguh dan kokoh.
Tentu tiap kita pingin anak kita tumbuh dengan baik bukan?
Semoga Allah mampukan kita semua dalam mendidik dan mengasuh amanah langit ini yaa ❤.
Post a Comment
Post a Comment