Tags

Mereka Tidak Mati

 

Sudah 10 bulan Kota Tua Mansour 🍉 dibombardir oleh para tentara keji.

Mereka melemparkan rudal tanpa pandang bulu.

Mereka bilang, mereka tidak pernah menargetkan warga sipil, melainkan para pejuang yang mereka sebut ter0ris.

Namun nyatanya, mereka menarget siapapun itu.


Tiada tempat aman untuk berlindung bagi yang masih hidup.

Mereka kelelahan akibat lari luntang-lantung hanya sekedar mencari tempat untuk melepas peluh.

Mereka kelaparan, kehausan, kesakitan. 

Tapi tentara keji masih terus menjatuhi mereka kesengsaraan diatas penderitaan warga.

Namun warga Kota Tua Mansour tidak berputus asa atas rahmatNya, karena mereka tau deritanya di dunia akan berbuah keindahan di keabadian kelak.


Lebih dari 40.000 nyawa melayang akibat kekejian para penjajah.

Tiap jengkal tanah Kota Tua Mansour menjadi kuburan bagi para syuhada.

Pastilah saat ini jalan-jalan menuju surga dijejali oleh para syuhada.

Nabi Ibrahim sibuk menyambut para syuhada yang terus berdatangan hampir setiap hari.

Sang istri pun pasti sangat sibuk menyiapkan makanan lezat,

setelah berbulan-bulan lamanya mereka makan makanan tak layak dan menahan pedih kelaparan.


Mereka yang telah menjadi syuhada sejatinya tidak mati.

Mereka tidak pernah mati.

Namun ruhnya hidup dengan baik dibalik pintu-pintu surga.

Justru yang mati adalah para penjajah keji dan orang-orang yang diam bahkan tertawa terbahak-bahak diatas derita bangsa yang terjajah.

Mereka mengira, dunia ini abadi. 

Namun tanpa disadari, mereka tertipu oleh fatamorgana. 


Saat ini, pastilah para syuhada sedang menikmati indahnya kehidupan abadi.

Buah dari kesabaran, kesakitan dan penderitaan yang dialami selama di dunia.

Mereka tidak mati.

Tidak pernah mati.

Mereka hidup dengan baik pada dimensi yang abadi.

Emiria Letfiani
A Wife, A Mom, A Storyteller

Related Posts

Post a Comment