Sekitar 2 bulan lalu, seorang teman mengirimkan saya 2 buah link youtube. Yang satu membahas tentang The Flash, yang satu membahas tentang pola matematika yang disebut dengan pola fraktal. Keduanya menarik, tapi saya lebih tertarik dengan pembahasan tentang pola fraktal. Saya putar berulang kali videonya, meski tetap saya tidak begitu mengerti maksudnya. Tapi entah kenapa, pembahasan tentang fraktal ini terus terngiang di benak saya.
Secara sederhana, fraktal adalah sebuah pola matematika untuk benda-benda yang tidak teratur. Seperti cabang-cabang pada ranting pohon, paru-paru pada manusia, petir, pembuluh darah, dan lain sebagainya. Pola fraktal ini jika kita lihat secara kasat mata memang tampak rumit, kasar dan tidak beraturan. Namun ketika diteliti secara matematis, meski dengan rumus yang sederhana, pola fraktal ini justru memperlihatkan keindahan.
Pola fraktal pertama kali diperkenalkan oleh seorang matematikawan asal Polandia bernama Benoit Mandelbrot. Beliau membuktikan bahwa pada pola-pola yang tampak kasar, rumit dan tidak beraturan, sesungguhnya menunjukkan keindahan.
Jika dijelaskan secara matematika, tentu saya nggak sanggup. Karena pengetahuan saya mengenai hal ini tidak ada satu titik debu pun. Namun saya ingin memaknai fraktal ini dengan cara yang lain. Karena ketika saya mencoba memaknainya, serasa memberikan energi untuk saya agar lebih berdaya.
Jadi ceritanya, setelah sebulan saya menyimak soal fraktal itu tadi. Kebetulan Mas Dana dengerin ceramahnya Cak Nun saat nemenin saya masak di dapur. Dalam ceramahnya kurang lebih Cak Nun mengingatkan audiensnya bahwa, “meski masa depan tampak tidak jelas dan rumit, nggak apa-apa. Asalkan kamu terus sami’na wa atho’na sama Allah. Pasti hidup ini tetap tampak indah dan baik-baik saja”.
Ketika mendengarkan pernyataan tersebut, seketika saya teringat dengan pola fraktal yang pernah saya dengar dari kanal Youtube Rumah Editor. Terutama pada bagian akhir video. Sang narator mengatakan bahwa, “alam ini didesain menggunakan aturan. Dengan mengikuti aturan, walau tampak sederhana, akan tercipta keindahan.” Lalu saya bergumam, “Oh, mungkin ini dia fraktal kehidupan”.
Seperti yang kita alami, bahwa hidup ini tidak selalu berjalan mulus. Tampaknya rumit seperti cabang-cabang pada ranting pohon. Seringkali kita dihadapkan dengan tantangan hidup yang kadang membuat kita merasa lelah. Namun pola hidup kan emang pada akhirnya gitu-gitu aja. Kadang senang, kadang sedih. Kadang susah, kadang mudah, dan seterusnya. Namun meski hidup ini tampak rumit, tidak teratur, dan kadang roller coaster seperti ombak, sebenarnya memunculkan keindahan. Yang mana Allah tuh pingin kita lebih dekat denganNya, lebih peka terhadap rahmatNya, lebih bersyukur atas segala karunianya.
Rumus untuk melihat keindahan pada pola fraktal kehidupan ini sangat sederhana yaitu sami’na wa atho’na. Sama sederhananya dengan rumus yang digunakan Mandelbrot ketika melakukan percobaan pada Mandelbrot set yaitu z2 + c.
Asalkan kita mau sami’na wa atho’na, sekeras atau serumit apapun hidup insyaa Allah nggak akan bikin kita putus asa. Karena kita percaya pada ketetapan Allah, kita mengikuti aturan yang sudah dibuatNya untuk kita, kita selalu bersyukur padaNya dan tidak sedikitpun kita mengingkarinya. Hari-hari ataupun masa depan yang tampak tidak jelas, akan tetap terasa indah dan membahagiakan karena kita percaya ada Allah Yang Maha Mengatur.
Meski pernyataan yang saya tuliskan ini tampak seperti cocokologi nggak penting. Nggak masalah bagi saya jika ada pembaca yang beranggapan demikian. Namun pembahasan tentang pola fraktal tersebut membantu saya untuk melihat kehidupan ini dengan lebih dinamis, sedinamis alam semesta ciptaan Allah. Bagi saya, mendengarkan pembahasan tentang pola fraktal tersebut menjadi wasilah untuk lebih husnudzon pada Allah dan optimis dalam menjalani hari. Serta lebih realistis dalam menghadapi tantangan sehari-hari.
Selain itu, pola fraktal itu juga menambah kekaguman saya atas apa yang sudah Allah ciptakan. Maa syaa Allah~
Post a Comment
Post a Comment